Puisisederhana dibandingkan puisi sederhana gubahan Sapardi Djoko Damono. Kita simak: Kehidupan memutar segala ragu/ Petani melangkah riang ke sawah/ Tersentuhlah daun nan hijau/ Melambai minta dibelai// Kicau riang nyanyian pagi/ Membawa anak ke masa depan/ Dusunku kecil, padi menguning/ Bagai kencana titian masa.Puisi Nyanyian Seorang Petani Abdul Hadi Puisi Nyanyian Seorang Petani Abdul Hadi Berilah kiranya yang terbaik bagiku Tanah berlumpur dan kerbau pilihan Jumat, 2 Oktober 2020 0605 ISTSenyum sumringah khususnya bagi masyarakat petani di kedua pedukuhan tersebut dan para pemilik lahan pertanian dari desa sekitarnya. Puisi Nyanyian Seorang Petani Abdul Hadi - Puisi Nyanyian Seorang Petani Abdul Hadi Nyanyian Seorang Petani Berilah kiranya yang terbaik bagikuTanah berlumpur dan kerbau pilihanBiji padi yang manisBerilah kiranya yang terbaikAir mengalirHujan menyerbu tanah airBila masanya buahnya kupetikRanumnya kupetikRakhmat-Mu kuraih. * karyayang dibuat dengan kecapakan yang luar biasa, seperti 'puisi' (ditandai oleh penulis) lukisan ukir-ukiran dan sebagainya. Pengertian apa itu indah bisa dicari dengan metode induksi dan deduksi tadi. Di daerah di mana seni dihidupi dan berakar dengan bahasa lokalnya, misalnya Jawa, sehingga rumusannya bisa ditemukan.
Puisi Nyanyian Seorang Petani Muda Karya Budiman S. Hartoyo Nyanyian Seorang Petani Muda Aku sekarang duduk di pematang memandang jauh hari depan mengambang di awan Aku sekarang termenung di rumputan menatap hijau padang, burung dan ilalang Hari sudah tinggi dalam tikaman terik matahari hari sudah larut dalam kerja sehari-hari Anak-anak gembala menyanyikan lagu derita desanya lembu dan kerbau bekerja dan makan seenaknya Aku sekarang di sini menanti kiriman makan siang dari pacarku yang sederhana, pelan berlenggang di pematang Aku sekarang terlena di sini menanti hujan tercurah dari langit Tuhan yang katanya maha pemurah Hari pun kian larut buat bersenda dan berpacaran hari sudah terlambat buat mengeluhkan nasib tanaman Terlalu letih aku memikirkan kemakmuran sedang tanaman di sawah ladang belum kunjung bermatangan Aku sekarang di sini berpikir tentang perkawinan Dan bila kawin nanti bulan depan aku khawatirkan nasib ternakku sayang sebab pastilah ia bakal dijual buat ongkos peralatan Hari makin senja, senja makin malam burung-burung pulang ke sarang gembala menggiring ternak ke kandang Beriringan mereka pulang beriringan keluh warga desa, harga kerja tak seimbang Aku sekarang di sini berbicara dengan alam yang sabar dan ramah dibelai angin lembah yang rawan Tak kutahu adakah ia tahu tetesan keringat dan nasib tersia kerabat desaku 1962Sumber Sebelum Tidur 1977Puisi Nyanyian Seorang Petani MudaKarya Budiman S. HartoyoBiodata Budiman S. HartoyoBudiman S. Hartoyo lahir pada tanggal 5 Desember 1938 di S. Hartoyo meninggal dunia pada tanggal 11 Maret S. Hartoyo adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
Puisi Nyanyian Para Petani Jatiwangi Karya Ajip Rosidi Nyanyian Para Petani Jatiwangi 1 Dari pagi hingga petang Kulepas kerbauku sayang Entah ke mana kau menuju Entah di mana kusembunyi. Dari pagi hingga petang Haram riang, kerja tak tentram Subur sawah rumput dan lalang Burung lapar berputaran terbang. Wahai, bukan peninggalan karuhun kusia-siakan Tanah terbengkalai, kolam kering Wahai, bukan tak mau sawah kukerjakan Dalam hati penuh ketakutan. Nyanyian Para Petani Jatiwangi 2 Kalau hari menjelang senja Lengang pematang, lengang rumah Tiada anak mengandangkan ayam. Kalau hari menjelang petang Berat dan tiada harapan Bayang-bayang lenyap di tikungan. Kalau hari menjelang malam Tiada lelaki merasa aman Dalam rumah sendiri. Kalau malam telah datang Tiada nyanyi bunda menidurkan Tiada lepas tangis bayi. Kalau malam telah turun Tiada suling, tiada pantun Hanya gaang, hanya angin. Kalammalam telah tiba Tiada kacapi, tiada kinanti Asmarandana dalam hari. Kalau malam telah datang Entah besok masih kujelang Entah mentari kulihat lagi. Nyanyian Para Petani Jatiwangi 3 Wahai bulan, sunyinya sendirian Tiada pemuda kan berpesan Membisikkan kerinduan. Wahai bulan, alangkah muram Tiada perawan kan menyanyi Menyampaikan bisik hati. Wahai bulan, alangkah pelan Muram dan sepi Apa yang kau tatap? Wahai bulan, alangkah lama Was-was dan ngeri Mentari yang kuharap. Alangkah kusuka memandang bulan Remang dan lembut Tapi hati penuh takut. Nyanyian Para Petani Jatiwangi 4 Siapa itu melangkah berat dan ribut Siapa lagi malam ini didatangi Berapa rumah musnah? Berapa yang mati? Siapa itu melangkah berat dan ribut Siapa lagi malam ini didatangi? Gilirankukah atau Madhapi? Fajar kembang merekah Duhai, pabila burung berkicau alangkah lega hati. 1958Sumber Surat Cinta Enday Rasidin 1960Puisi Nyanyian Para Petani JatiwangiKarya Ajip RosidiAjip Rosidi lahir pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Rosidi meninggal dunia pada tanggal 29 Juli 2020 pada usia 82 tahun di Magelang, Jawa Rosidi adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.